Sabtu, 20 Juli 2013

Ranting yang Ringkih

Bismillahirrahmanirrahiim..
Malam kini berganti pagi, tanpa sedikit pun terasa perubahan suhu di balik kamar tidurku ini. Entahlah, mungkin rasa nyaman ini yang mengalahkan rasa kantuk dan hawa dingin yang menusuk jika aku berada di luar sana. Pagi ini, sebelum sahur, sebelum insan lain di rumah ini membuka kedua matanya, aku ingin menulis. Ya, hanya mampu mengutarakannya lewat tulisan, karena mungkin hanya untaian huruf, kata, dan kalimat inilah yang dirasa lebih mampu melakukannya.

Sebuah pilihan akan mendapatkan dua respon, yaitu dukungan dan cacian. Respon pertama yang berupa dukungan tak ubahnya pisau bermata dua. Di satu sisi, mampu memberikan tambahan motivasi bagi sang pemilih, namun tak pelak seolah bisikan setan yang menambah amunisi kesombongan bathiniyahnya. Sebaliknya, cacian terkadang menyurutkan semangat bagi sang pemilih, bahkan hingga membuatnya mengurungkan niatnya itu. Namun, dibalik cacian itu seolah pematik yang memicu api untuk tak pernah padam. Dengan cacian, kita diajak untuk berpikir ulang dengan apa yang telah kita pilih. Memikirkannya dengan lebih mendalam, hingga sampai pada suatu kesimpulan yang lebih teguh : tetap dalam keputusan itu atau menemukan pilihan lain.

Hari ini, 20 Juli 2013, menggenapi jatah usiaku yang ke-20 tahun 4 bulan 3 hari. Bisa dibayangkan, betapa banyak pilihan dalam hidup ini yang meminta untuk dipilih dan dijadikan prioritas diantara yang lainnya. Jika aku bisa kembali ke masa lalu, menyusuri rentetan waktu yang telah berlalu, mengubah setiap pilihan yang telah kuambil, aku tak bisa membayangkan akan menjadi seperti apa diriku ini. Jika aku tidak kuliah disini, jika aku tidak bersekolah di SMA itu, jika aku tidak melanjutkan SMP di tempat itu, jika aku tidak memilih sekolah di SD itu, jika aku tidak memulai pendidikan formal di TK itu, jika aku tidak ikut ajakan pamanku untuk mengaji di tempat itu, jika aku tidak dilahirkan di tahun itu, jika aku tidak dikandung oleh wanita mulia itu, jika aku tidak memiliki ayah seperti pria bijaksana itu, dan jika aku tidak dikehendaki-Nya untuk Dia ciptakan dan lahirkan di dunia ini. Jika... Ah sudahlah!

Semua ini terjadi atas kehendak-Nya. Tiada yang bisa menentang apa yang telah digariskan-Nya bagiku. Aku hanyalah hamba-Nya yang percaya akan hari pertemuan dengan-Nya. Aku yang percaya bahwa Dia ada, meskipun aku tak dapat melihat-Nya. Tapi, biarlah hati ini yang merasakan keberadaan-Nya. Kuakui lemahnya ikatan pada-Nya, namun Dia tak pernah meninggalkanku. Karena, sesedikit apapun niatku untuk mencoba mendekati-Nya, maka semakin besar jarak-Nya menyentuh jiwaku. Meskipun sering kulalai mengingat-Nya, mengulang lagi dosa kepada-Nya, ragu akan takdir-Nya, tapi dengan kasih dan sayang-Nya yang melebihi bumi, langit, dan seisinya, kudapati Dia Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Sehingga, semakin kupercaya akan firman-Nya.

Demi Dzat yang tidak pernah tidur, teguhkanlah ranting yang ringkih ini.







Best regards,
Rismawati Laila Qodariah
20 Juli 2013 02.45 WIB


Jumat, 12 Juli 2013

Belum

Capture dari tumblr temen yang secara gak langsung bikin kagum sekaligus bangga. -Unspoken Words-