Assalamualaikum :)
Hai! Hari ini saya berulang tahun yang ke-23.
Hari ulang tahun terkadang memiliki makna yang mendalam tiap tahunnya. Entah saya terlalu berlebihan memaknainya, atau memang itu sebenarnya wajar dirasakan oleh semua orang. Mencoba mengingat kembali tentang apa yang telah dilakukan setahun lalu, dua tahun lalu, dan tahun-tahun sebelumnya. Melihat target dan capaian yang telah saya lakukan di tahun lalu dan kemudian merencanakan target di tahun selanjutnya.
Kemudian saya berpikir kembali, meneruskan pertanyaan yang pernah ditanyakan oleh guru saya.
1. Siapa saya?
2. Untuk apa saya disini?
3. Mau kemana?
Dalam hati saya terjemahkan, menjadi:
"Kamu kira kamu siapa, Ris?
Emang kamu di dunia mau ngapain?
Terus kalo udah meninggal nanti kamu mau kemana?"
Pertanyaan yang klasik memang. Tapi itu merupakan pertanyaan yang esensi. Terutama saat kita berada dalam keraguan. -Coba ris, dibuka lagi qurannya, jawabannya ada disitu semua. Tinggal kamunya, ris, mau jalanin itu apa engga- Terkadang dalam pencarian jati diri, kita lupa bahwa kita ini adalah 'makhluk' yang berarti sesuatu yang diciptakan oleh 'khalik', pencipta dan posisinya adalah sebagai hamba. Ya, layaknya hamba yang senantiasa patuh pada tuannya, Allah-lah bos besar kita. -Kalo Allah udah bilang A, ya A, ris, ga perlu tawar menawar, karena Allah Maha Mengetahui yang terbaik buat hambanya. Kalo kamu masih ngeluh dan masih ragu sama apa yang udah Allah takdirkan berarti ada sesuatu yang lagi ga bener dalam diri kamu. Karena fitrahnya, manusia akan selalu sesuai dengan sunnatullah, hukum Allah-. Jadi, poinnya........ *silakan isi sendiri setelah bersungguh-sungguh mencari tahu dan berpikir*
Semua yang Allah ciptakan gada yang sia-sia, kan? Semuanya pasti punya tujuan masing-masing, kan. Pertanyaan ini sebenarnya bisa langsung dijawab dengan hafalan ayat waktu SMA, surat Adz-dzariyat: 56. Tujuannya untuk ibadah. Nah iya, ibadah yang seperti apa? Tentunya ibadah kepada Allah, Yang telah menciptakan kita. Ibadah bisa diartikan sebagai bentuk kepatuhan, ketaatan, dan rasa syukur kita. Kamu beribadah itu ya untuk menjalankan perintahnya, ya untuk bersyukur juga atas apa-apa saja yang telah kamu dapatkan di dunia ini. Allah tidak pernah tidur dan senantiasa berada dalam kesibukan mengurus makhuk-makhluknya. Kalo Allah aja sibuk ngurusin kita, ko waktu kita ga disibukin buat nginget Allah sih? Dengan tahu tujuan kita di duni ini, kita akan tersadar akan amanat yang ada dipundak kita. Amanat untuk memenangkan dien Allah di atas dien lainnya, walaupun orang musyrik tidak menyukai. Kita punya amanat besar itu, fren! Bukan hanya dipundak Muhammad, sang utusan, tapi berlangsung hingga kini, estafeta risalah tidak akan berhenti. Akan selalu ada orang-orang hanif yang senantiasa berpegang pada jalan-Nya. Berpegang pada apa yang telah menjadi path dari rasul-Nya. Ga bikin path sendiri! Kalo rasul pernah terasing, tersudutkan, dicemooh, dihina, bahkan sampai akan dibunuh untuk menegakkan dien Allah ini, bagaimana dengan kita? Kalo kita masih ngerasa nyaman-nyaman aja, merasa ga ada yang perlu diperjuangkan, sayang banget brur! Lihat dunia dan realitanya dari sudut lain, kalo dirasa sudut pandang kamu menyatakan semua aman terkendali. Gak gitu. Serius ga gitu sebenernya. Kalo semua baik-baik aja, berarti udah ga perlu lagi ada perjuangan? Padahal perjuangan itu sunnahnya akan selalu ada. *pola hijrah* Buat apa? Buat tahu siapa yang sungguh-sungguh berjuang di jalan-Nya, di jalan selain-Nya (termasuk yang masih ngerasa ga jelas lagi jalan dimana). Ingat, Allah telah menunjukkan 2 jalan. Jalan yang lurus (shirathal mustaqim) dan jalan yang bengkok (maghdub, dholin), tinggal kita mau milih yang mana biar sesuai sama tujuan kita diciptakan.
Yang terakhir, soal mau kemana. Emang risma mau kemana? Kapan? Iya nanti setelah meninggal. Kalo pertanyaan orang quraisy ke rasul waktu itu yang dicatet di quran : apakah setelah kami menjadi tulang belulang dan menyatu dengan tanah, kami akan dibangkitkan kembali?. Jawaban yang harus rasul sampaikan adalah: YA! Sesungguhnya engkau akan dibangkitkan kembali jasad dengan ruh mu, dan di sanalah kehidupan yang kekal. Di ayat lain disebutkan kalo sehari di sisi Tuhanmu adalah 1000 (seribu) tahun menurut perhitunganmu. Kebayang ga gimana kekalnya? Makannya untuk sampe kesana harus punya bekel! Karena cuma di dunia kita bisa beramal, kalo udah di akhirat itu saatnya kita memetik hasil kerja kita di dunia. Jadi kematian itu garis finish menuju kehidupan kekal yang merupakan hasil dari perbuatan kita di dunia. Sempit lho hidup di dunia, cuma bentar. Jadi kalo mau hijrah, ya mulai saat ini, karena kita gakan pernah tahu kan garis finishnya masih jauh apa udah deket.
Wallahu'alam
Hanya refleksi diri yang sewaktu-waktu akan kembali dibaca sebagai pengingat :)
Sesungguhnya manusia dalam kerugian, kecuali yang beramal saleh, SALING MENASIHATI DALAM KEBENARAN DAN DALAM KESABARAN!